Jumat, 11 September 2009

Berbagi Cerita dengan Penjaga Kebersihan di Museum 10 Nopember

Nico Setiawan Susilo - 51408022

Tepat pada tanggal 9 September 2009 sekitar pukul 11.oo sekelompok mahasiswa ilmu komunikasi dari Universitas Kristen Petra berada di bawah sengatan sinar matahari. Bertempat di Tugu Pahlawan Surabaya mahasiswa Universitas Kristen Petra sedang melakukan observasi dan wawancara. Setiap melewati tiap meternya, terdapat monumen-monumen yang unik dan mengundang decak kagum. Sayangnya, monumen-monumen yang berdiri teguh saat kami amati di dalam area Tugu Pahlawan tampak mulai banyak coretan-coretan yang tentunya sedikit
mengurangi keindahan.

Monumen yang tercoret-coret.


Setelah sekian lama mahasiswa Universitas Kristen Petra masuk di area Tugu Pahlawan, terlihat seorang pria bertubuh besar dengan perawakan yang sederhana sedang duduk termenung di tepi pintu masuk Museum 10 Nopemeber. Seketika lamunannya terusik setelah saya mendekatinya. Saat saya mulai berinisiatif untuk berkenalan, dengan ramah Bapak Joko memperkenalkan dirinya. Bapak Joko adalah seorang penjaga kebersihan di Musem 10 Nopember yang sudah bekerja selama 4 tahun.


Percakapan dimulai dengan membicarakan seputar museum 10 Nopember. Saat ditanya bagaimana mengenai antusiasme dari pengunjung, Bapak yang sudah memiliki satu anak ini mengungkapakan bahwa antusiasme pengunjung sudah cukup baik meskipun notabene pengunjung paling banyak adalah anak-anak kecil. Karena memang banyak anak-anak kecil yang berknjung maka hari berkunjung yang paling ramai menurut Bapak Joko adalah ketika hari Minggu atau hari libur, dari hari itu antusiasme dan pengunjung dari Museum 10 Nopember ini meningkat. Variasi dari pengunjung di Museum 10 nopember ini tidak hanya didominasi oleh rombongan anak kecil dari sekolah-sekolah, bahkan dari rombongan perguruan tinggi banyak yang mengunjungi tempat ini.

Di dalam bangunan inilah Museum 10 Nopember berada.


Berbicara mengenai Museum memang untuk kalangan masyarakat awam terhitung jarang mengunjungi Museum. Berbeda dengan Museum 10 Nopember ini. Adapun yang menjadi daya tarik dari Museum 10 Nopember menurut Bapak Joko adalah untuk memperkenalkan bahwa Museum 10 Nopember ini adalah museum yang menyimpan berbagai sejarah dari arek-arek Soroboyo dalam memperjuangkan hak kemerdekaan Indonesia. Bapak Joko juga mengungkapkan bahwa setiap tanggal 10 Nopember dari pemerintah kota (Pemkot) mengadakan acara musik dan panggung di Tugu Pahlawan sebagai agenda Pemkot dalam memperingati hari 10 Nopember yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Di samping itu juga ada acara yang mengundang para veteran pada perayaan 10 Nopember. Sayangnya, Bapak Joko mengatakan bahwa undangan untuk para veteran itu tidak diundang secara rutin setahun sekali. Di sisi lain, Bapak Joko menyimpan harapan untuk Museum 10 Nopember agar masyarakat yang berkunjung semakin banyak seperti hari Minggu yang ramai pengunjung dan apa yang dikerjakan Bapak Joko selama di Museum 10 Nopember tidak berjalan sia-sia.


Sedikit berbicara mengenai keseharian Bapak Joko di Museum 10 Nopember, Bapak Joko mengungkapkan perasaan suka dan duka selama 4 tahun bekerja sebagai penjaga kebersihan di Museum 10 Nopember. Perasaan senang timbul karena pekerjaan seperti yang ditekuni oleh Bapak Joko tidak terlalu berat dan tidak menguras banyak tenaga, sedangkan duka selama bekerja di Museum 10 Nopember adalah gaji yang diterima Bapak Joko masih di bawah rata-rata upah minimum. Hal tersebut dikarenakan Bapak Joko sudah berkeluarga dan harus memenuhi kebutuhan keluarga. Saat ditanya mengapa tertarik bekerja sebagai penjaga kebersihan di Museum 10 Nopember Bapak Joko ternyata memang bukan ada tujuan khususnya, tetapi memang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak ingin menjadi pengangguran.


Empat tahun menjalani profesi sebagai penjaga kebersihan di Museum 10 Nopember memang bukan merupakan waktu yang singkat. Maka saya sedikit tergelitik untuk menanyakan apakah selama Bapak Joko bekerja di tempat ini diimbangi dengan tumbuhnya rasa nasionalisme dalam diri Bapak Joko. Dengan tegas Bapak Joko mengungkapakan bahwa dengan melihat gambar-gambar perjuangan dan rekaman-rekaman adegan perjuangan merebut kemerdekaan menggugah hati Bapak Joko sebagai warga Negara Indonesia, khususnya bagian dari arek-arek Suroboyo.



Dari secuplik wawancara yang saya lakukan kurang lebih selama 15 menit, ada pelajaran penting yang dapat diambil dari apa yang disampaikan Bapak Joko. Memang tidak akan mudah untuk meneruskan perjuangan dari para pahlawan kita yang sudah rela berkorban demi kemerdekaan kita. Tetapi, apa yang telah diperbuat Bapak Joko meskipun seorang penjaga kebersihan Museum 10 Nopember, setidaknya beliau telah menjadi bagian dari pengabadian perjuangan masyarakat Surabaya dalam merebut kemerdekaan yang utuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar